Senin, 15 Oktober 2012 | By: Adi W.B.A

Sword Art Online : The Animation


Sebuah anime jepang yang diangkat dari novel kemudian diangkat menjadi game console PSP, anime ini dirilis pada tanggal Jun 4, 2012. Anime bercerita tentang seorang anak muda yang bernama Kazuto Kirigaya seorang gamer online yang baru saja membeli game MMORPG terbaru, yang hanya dirilis sebanyak 10.000 copy saja. Game ini berjudul "Sword Art Online" hasil karya seorang programmer jenius bernama Kayaba Akihiko game virtual yang memungkinkan player merasakan situasi langsung sedangkan tubuh asli si player tertidur. Kazuto yang merupakan salah satu dari beberapa beta tester atau player yang memainkan game yang masih dalam tahap uji coba sebelum dirilis di publik ini tidak menghadapi kesulitan saat bermain gamenya. Kemudian pada saat hari pertama memainkan game seluruh pemain tidak dapat log out dari game sehingga mereka tidak dapat kembali ke dunia nyata, dan sang programmer memberitakan bahwa untuk log out  dari game tersebut harus menamatkan game yang terdiri dari 100 lantai, apakah para gamer dan Kirito dapat selamat dari game kematian tersebut ? Anime ini dapat di download di cyber12.com".
Kamis, 31 Mei 2012 | By: Adi W.B.A

Laporan Praktikum Pembuatan Koloid


PEMBUATAN KOLOID

Tujuan     : Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara disperse dan                 kondensasi.

Teori        : Pengertian koloid
                 Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).

Sifat-sifat Koloid        :
a.         Efek Tyndall
     Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan sejati,

b.    Gerak Brown
     Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air dean mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut gerak brown.

c.     Adsorpsi koloid
     Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.

d.    Muatan koloid
     Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.

e.     Koagulasi
     Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi.

f.      Koloid pelindung
     Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar disebut koloid liofil.

Pembuatan Koloid

    Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid, yaitu:

  - Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid

     - Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

Pemurnian Koloid

     Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan kolid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:

a.    Dialisis

     Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.

b. Elektrodialisis
    
    Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di uh medan listrik.

c.    Penyaring Ultra
     Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.

Alat dan Bahan    :



Cara Kerja :
Percobaan A  : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi 

a.     Sol belerang dalam air
1.    1 bagian gula dengan 1 bagian belerang dicampurkan,lalu gerus dengan alu dan lumpang sampai halus
2.    Diambil 1 bagian campuran diatas dan campurkan kembali dengan 1 bagian gula, lalu gerus kembali sampai halus.
3.    Dan ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Lalu, ambil 1 bagian campuran keempat dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50 ml air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.

b.     Sol agar-agar dalam air
1.    Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ked lam gelas kimia yang berisi 25 ml air mendidih.
2.    Dinginkan campuran tersebut dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi.

Percobaan B  : Pembuatan sol dengan cara kondensasi
1.    50 ml air dalam gelas kimia 100 ml dipanaskan sampai mendidih.
2.    Lalu tambahkan larutan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Amati hasilnya.

Percobaan C  : Pembuatan emulsi     
1.    1 ml minyak tanah dan 5 ml air dimasukan ke dalam suatu tabung reaksi, lalu disumbang dengan tutup gabus atau karet. Guncangan tabung dengan keras. Letakan tabung reaksi di rak.
2.    1 ml minyak tanah, 5 ml air dan 15 tetes sabun dimasukan ke dalam tabung reaksi lain, lalu disumbang dengan tutup gabus atau karet. Guncangan tabung dengan keras. Letakan tabung reaksi di rak. Amati kedua tabung tersebut.

Hasil Pengamatan         :


Pertanyaan :

1.    Jelaskan perbedaan pembuatan koloid secara disperse dan kondensasi !
Jawab : Metode kondensasi yang merupakan metode
bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang
membentuk partikel-partikel berukuran koloid.Metode dispersi
yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar
sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

2.    Apa fungsi gula dalam pembuatan belerang?
Jawab : Fungsi gula adalah untuk memudahkan
menghaluskan/memecah butiran belerang menjadi partikel
partikel koloid.Setelah campuran dimasukan dalam air gula
akan larut sedangkan belerang tidak larut menghasilkan sol
belerang.

3.    Apa yang terjadi pada saat larutan FeCl3 jenuh diteteskan kedalam air mendidih? Tuliskan reksi kimianya!
Jawab : Campuran air mendidih dengan FeCL3 lebih kental.

            FeCl3 + H2O          Fe(OH)3 +HCl

Kesimpulan         :

Dari percobaan yang telah kami buat, kami dapat
membedakan serta memahami pembuatan koloid secara
disperse dan  kondensasi.

Anggota Kelompok : Adi, Afif, Alifaresa, Arkan, Diah












Minggu, 25 Maret 2012 | By: Adi W.B.A

PRAKTIK HIDROLISIS GARAM

Dalam entri baru ini saya akan memberikan contoh laporan kimia yang kedua, percobaan yang saya lakukan bersama teman - teman saya adalah mengenai Hidrolisis berikut laporannya

Tujuan : Untuk mengetahui sifat larutan garam yang terhidrolisis.

Teori : Pengertian Hidrolisis Garam

Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung pada jenis komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah dengan basa lemah. Jadi, sifatasam basa suatu garam dapat ditentukan kekuatan asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian garam yang larut beraksi dengan air. Proses larutnya sebagian garam beraksi dengan air ini disebut hidrolisis ( hidro yang berarti air dan lisis yang berarti peruraian ).

Ada Empat Jenis Garam, Yaitu;

1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat.

Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisi, sehingga larutan ini bersifat netral, Ph =7.

Contoh :

Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan anionnya. KOH terionisasi menjadi H+ dan Cl- . Maing-masing ion tidak beraksi dengan air, reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

KCl (aq) K+ (aq) + Cl- (aq)

K+ (aq) + H2O(l)

Cl- (aq) + H2O (l)

2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah.

Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat asam, pH <7.

Contoh :
Amonium klorida (NH 4 Cl) merupakan garam yang terbentuk
dari asam kuat, HCl dalam basa lemah NH
3 . HCl akan terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl - sedangkan NH 3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH 4 + dan OH - . Anion Cl - berasal dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 +berasal dari basa lemah dapat terhidrolisis.

NH 4 Cl (aq) NH 4 + (aq) + Cl - (aq)

Cl - (aq) + H 2 O (l)


NH 4 + (aq) + H 2 O (l) NH 3(aq) + H 3 O + (aq)

Reaksi hidrolisis dari amonium (NH 4 + ) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H 3 O + ) yang bersifat asam (pH<7). Secara umum reaksi ditulis:


BH + + H 2 O B + H 3 O +

3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat

Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa (pH > 7).

Contoh :

Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat NaOH. CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na + . Anion CH 3 COO - berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.

CH 3 COONa (aq) CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l)
CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) CH 3 COOH (aq) + OH - (aq)

Reaksi hidrolisis asetat (CH 3 COO )merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini menghasilkan ion OH yang bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis:

A - + H 2 O HA + OH

4. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah

Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total (sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation terhadap anion dalam reaksi dengan air.

Contoh

Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan terbentuk garam NH 4 CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN - sedangkan NH 3 dalam air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH4 + dapat terhidrolisis di dalam air.

NH 4 CN (aq) NH 4 + (aq) + CN - (aq)

NH 4 + (aq) + H 2 O NH 3(aq) + H 3 O (aq) +

CN - (aq) + H 2 O (e) HCN (aq) + OH - (aq)

Sedikit Catatan:

Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb)

- Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat basa.

- Jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak dalam larutan bersifat asam.

- Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.

Alat dan Bahan :

Cara Kerja :

1.
Larutan masing-masing disiapkan.

2.Setiap larutan diteteskan dalam lempeng tetes sekitar 10 tetes

3. Larutan diperiksa dengan mencelupan kertas saring merah dan biru

4. Perubahan warna yang terjadi diamati pada kertas lakmus.

Hasil Pengamatan :

Pertanyaan :

1. Garam manakah yang mengalami hidrolisis sebagian dan garam yang tidak terhidrolisis ?

Jawab :







2. Tuliskan reaksi garam yang mengalami hidrolisis !

Jawab :

Kesimpulan :

Untuk mengetahui sifat ( asam, basa, netral ) larutan pada garam yang terhidrolisis harus mengetahui komponen penyusun garam itu sendiri.

ya itu tadi laporan praktikum kami, semoga bermanfaat

Sabtu, 17 Maret 2012 | By: Adi W.B.A

PRAKTIK LARUTAN BUFFER

Dalam entri baru ini saya akan memberikan contoh laporan kimia, percobaan yang saya lakukan bersama teman - teman saya adalah mengenai larutan buffer berikut laporannya

LARUTAN BUFFER

Tujuan : Mempelajari perbedaan antara perubahan pH larutan buffer dan bukan larutan buffer karena penambahan sedikit asam,basa atau penyangga.

Teori : Pengertian larutan penyangga :

Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.

Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.

Komponen larutan penyangga terbagi menjadi :

§ Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupak

an basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.

§ Larutan penyangga yang bersifat basa

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.

Perhitungan pH larutan penyangga :

§ Larutan penyangga asam Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:

§ [H+] = Ka x a/valxg

§ atau

§ pH = p Ka - log a/g

dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah

a = jumlah mol asam lemah

g = jumlah mol basa konjugasi

§ Larutan penyangga basa

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan dengan rumus berikut:

§ [OH-] = Kb x b/v

alxg

§ atau

§ pH = p Kb - log b/g

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah

g = jumlah mol asam konjugasi

Alat dan Bahan :


Cara Kerja :

1. 15 ml larutan CH3COOH 0,1 M dicampurkan dengan15 ml larutan CH3COONa 0,1 M. Kemudian ukurlah pH campuran itu dengan menggunakan indicator universal.

2. Campuran pada cara kerja 1 dibagi ke dalam 3 gelas kimia masing-masing 10 ml. Berilah nomor 1, 2, dan 3 pada gelas kimia tersebut.

3. 1 ml, 5 ml, dan 10 ml larutan HCl 0,1 M ditambahkan ke dalam gelas kimia 1 dengan menggunakan pipet. Aduk larutan dan ukur pH larutan pada setiap penambahan.

4. 1 ml, 5 ml, dan 10 ml larutan NaOH 0,1 M ditambahkan ke dalam gelas kimia 2. Ukurlah pH larutan pada setiap penambahan.

5. 10 ml aquadest ditambahkan ke dalam gelas kimia 3. Ukur pH larutan pada setiap penambahan.

6. Ulangi langkah 1-5, namun larutan penyangga diganti dengan NaCl 0,1M.

Hasil Pengamatan :

Pertanyaan :

1. Bagaimanakah pengaruh penambahan asam, basa dan pengenceran terhadap besar pH pada masing-masing larutan ?

Jawab : Pada saat larutan penyangganya CH3COOH + CH3COONa larutan tersebut dapat mempertahankan pHnya tetapi saat NaCl karena larutan garam jadi tidak dapat mempertahankan pH.

2. Larutan manakah yang bersifat buffer/penyangga ?

Jawab : CH3COOH + CH3COONa

3. Mengapa larutan buffer dapat mempertahankan pH ?

Jawab : Karena mengandung campuran asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya.

Kesimpulan :

Jadi, kesimpulan dari percobaan yang kami lakukan adalah larutan CH3COOH + CH3COONa merupakan larutan yang bersifat buffer, dan larutan yang bersifat buffer itu dapat mempertahankan pH karena mengandung campuran asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya, tetapi jika NaCl karena larutan garam jadi tidak dapat mempertahankan pH.